Kali ini mau share pengalaman ane kemarin naik Gunung Papandayan. Cerita tahun lalu nih sih sebenarnya, tapi ya baru sempat postingnya sekarang jadi tolong dimaklumin. Langsung aja cuss ke intro kita ya gans.
Intro
Kita ke pengenalan Gunung Papandayan dulu nih gans, yang anak gunung dan yang suka travelling pada udah enggak asing lagi dah sama gunung yang satu ini. Yap benar, gunung yang itu gans *yang mana nah lho pada bingung kan yang enggak tahu.
Don't worry agans buat yang enggak tahu, nih ane kasih informasi seputar Gunung Papandayan.
Tuh sedikit informasi seputar lokasi dan iklim Gunung Papandayan yang ane kutip gans. Jadi Gunung Papandayan ini adalah Gunung Berapi yang masih aktif gans. So, kalo mau mendaki gunung ini pastikan kalo udah cari informasi kalo hari H kita mau mendaki gunung dalam kondisi yang aman. Berabe kan kalo lagi asik ndaki tiba-tiba erupsi..
Don't worry agans buat yang enggak tahu, nih ane kasih informasi seputar Gunung Papandayan.
Gunung Papandayan adalah gunung api strato yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2665 meter di atas permukaan laut itu terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung.
Pada Gunung Papandayan, terdapat beberapa kawah yang terkenal. Di antaranya Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Kawah-kawah tersebut mengeluarkan uap dari sisi dalamnya.
Topografi di dalam kawasan curam, berbukit dan bergunung serta terdapat tebing yang terjal. Menurut kalisifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk type iklim B, dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/thn, kelembaban udara 70 – 80 % dan temperatur 10 ยบ C.
Well, udah cukup kali ya informasinya, lanjut gans.
The Days
Darimana nih mulai ceritanya, bingung gans.. Okay sipp..
Once upon a time in Jakarta.. *kejauhan woy
Maaf-maaf pemiarsa, bercanda..
Perjalanan kali ini ane ikut trip yang dibuat teman ane gans, jadi enak dah tinggal bayar sekian rupiah udah disiapin semua akomodasi, equipment dan logistiknya gan, tinggal bawa peralatan pribadi saja sih paling. Tapi kalo ane pribadi sih kurang suka sebenernya pendakian massal macam ini, maklum jiwanya Solo Player gans..
Tapi enggak berani juga sih gans kalo sendiri, ya paling enggak party kecil aja dah, secukupnya gitu.
Tapi berhubung juga belum pernah punya pengalaman mendaki gunung ini sebelumnya dan temen ane udah ngebet banget pengen naik gunung, okay ane ikut dah. Langsung ane contact temen ane si penyelenggara acara booking kuota buat 3 orang, iya gan jadi ane naik ini gunung sama 2 temen ane, yang satu temen kuliah ane Richard Rachmat satu lagi tak lain tak bukan ya sohib ane Adit Armstrong. Cuti pun langsung diajukan besok harinya, dan perburuan mencari gear buat perlengkapan dimulai.
Perlengkapan udah siap semua ceritanya tinggal menunggu datengnya hari H aja. Et tapi namanya hidup siapa yang tahu ya gans, pas hari H-2 malah ane kena demam tinggi gans, alamak..
Why,,? Why Now..? Why in time like this..? Why I Jomblo Terus..? Whyyyyyyyyy..? *lupakan yang terakhir gans
Dengan berat hati ane mengabarkan ke 2 temen ane dan juga pihak penyelenggara bahwa kemungkinan besar ane kagak bisa jadi ikut tripnya .
Bak The Flash si Giring ( Panggilan Ane buat Adit Armstrong ) langsung meluncur ke tempat ane buat ngecek kondisi, emang dah teman ane yang satu ini, irreplaceable gans. Terlihat raut muka agak kecewa dia melihat kondisi ane, terkapar tak berdaya. *lebay Bertambah kecewa lagi mungkin karena berpikir bahwa perjalanan kami terancam batal. Oh God, please sembuhin aku saat ini juga, jangan sampai sahabat ane ini kecewa doa ane dalam hati.
Enggak lama kemudian dia pulang, biar ane bisa istirahat mungkin dia pikir. Okay setelah ane meneguk obat ane pun istirahat dan berharap besoknya udah get well. Malam pun berlalu, aduh mak masih lemes gini badan, kudu ke dokter ini mah, berangkat dah segera diantar sama om ane.
Keesokan harinya kembali sohib ane ngecek kondisi ane, bawain bubur ayam, roti tawar, susu sama minuman bervitamin.*kurang baik apa temen ane ini. Gak berkunjung lama dia, setelah selesai dan makan obat dia pulang. Tak lupa sebelum tidur ane minum vitamin terus berdoa,
Jreng-jreng.. Hari H pun tiba, kondisi sudah mendingan tapi masih sedikit lemes. Nah lho, dilema pun timbul, ikut atau enggak ini, kalo ikut ngeri enggak kuat kalo enggak ikut ntar pada kecewa. Gimana nih, gimana do..? Dan begitu seterusnya dan siang pun berlalu .
Menjelang sore kembali sekali lagi si Giring dateng cek kondisi ane, "Gimana bro, bisa ikut gak nih..?" Katanya. "Udah entengan sih ini, tapi ya gitu masih agak lemes, takut gak kuat dah, kalo pingsan disono berabe urusanya..". Perhatikan jawaban dia berikut ini, karena menurut ane ini salah satu kalimat keren dia yang pernah ane denger. "Yaelah, ada gua ini, dah biar barang-barang loe biar gue yang bawain semua dah, taruh di carrier gue yang penting berangkat kita ke Papandayan" kurang lebih begitu jawabanya gans. Gimana mau nolak sekarang ini, langsung ane nelpon ibunda di Klaten buat izin terus ambil carrier di rumah Giring buat ngangkut barang-barang ane. Tapi akhirnya ane cuma nitip separuh dari barang ane dia yang bawa, sisanya tetap ane bawa sendiri, walaupun tetap saja dia bersikeras bawa semua barangnya.
Dikarenakan packing yang mendadak, menjelang maghrib kami baru selesai, yang mana jadwal keberangkatan adalah habis isya'. Mana sempat mandi ini mah, *fak mandi. dah kami cuci muka aja biar kelihatan ganteng dikit ( kalo dipikir-pikir sudah 3 hari ane gak mandi gans ) , langsung cus gans menuju meeting point di Stasiun Lebak Bulus.
Sampai disana teman-teman yang menunggu jadi agak kecewa karena keterlambatan kami, maaf ya guys..
Sekitar jam 9 malam bus jurusan Garut yang ditunggu-tunggu pun datang, kami berbondong-bondong masuk. Oit bingung kali sopir sama keneknya ya ini orang rame-rame pada bawa tas-tas gedhe pada mau kemana. Sibuk kami masing-masing mencari tempat duduk dan alhamdulillah biar rame tapi kami masih kebagian duduk semua. Dan berangkatlah kami menuju Terminal Guntur gans..
Karena perjalanan yang katanya cukup lama, banyak dari kami memilih untuk mengalirkan iler kami dari hilir bibir menuju hulu dagu kami masing-masing. Yap kami tidur menyimpan energi untuk menghadapi perjalanan kami yang sudah menanti di Garut nanti.
Tidak terasa sudah 4 jam kurang lebih perjalanan kami menuju Garut akhirnya tibalah kami di Kota Dodol ini gans. Tapi ternyata kami tidak turun di Terminal gans, melainkan di tengah perjalanan kami berhenti turun yang mana di tempat tersebut sudah ada 2 mobil pick up menanti kami. Memang sebelumnya sudah di booking unutk mengantarkan kami ke Basecamp Gunung Papandayan dan pihak penyewaan mobilnya lebih memilih untuk menunggu di tempat tersebut daripada di Terminal, biar tidak terkena retribusi terminal. Benar juga sih, lebih hemat, juga lebih cepat. Lanjut kami memindahkan barang-barang dan diri kami ke dalam mobil pick up. Et dah, apa kata yang tepat untuk menggambarkan situasi ini ya, "SUMPEK", bayangin aja itu 1 mobil buat ngangkut 10-12 orang, belum barang-barangnya yang segedhe monas. Baru jalan sebentar aja, kesemutan udah nyerang gans, kaki nekuk terus soalnya.
Belum medannya gan, berbatu-batu kadang berpasir , jadi gak bisa dibilang ini perjalanan mulus ya. Asli ini off road, udah kaya di Game CTR ini mobil pick up nya loncat-loncatan, asli seru. Tapi ya itu pantat panas gans, udah bukan kursi empuk kaya di bus tadi soalnya, besi ini, keras. Sekitar jam 1 kami pun sampai di Basecamp, Camp David namanya gans, syukur mbah bisa nglurusin kaki. Disini hawa dingin yang familiar udah mulai membelai gan, semriwinggg..
Setelah beberapa saat kami beristirahat meluruskan kaki sambil melakukan persiapan buat mendaki, kami lantas berkumpul untuk melakukan briefing. Briefing nya yah seputar pembagian tim, sedikit pengarahan dan diakhiri dengan berdoa menurut Tuhan yang disembah masing-masing. Yosh, akhirnya waktunya pendakian juga. Berangkat kami gans sekitar pukul 2 dini hari bersama tim-tim yang sudah dibentuk sebelumnya. Tapi baru beberapa menit mendaki sudah ada saja yang meminta break. Jreeeeng, ini dia yang buat ane sebenernya dengan pendakian massal, kebanyakan istirahatnya. Maaf nih gans, ane termasuk tipe pendaki cepat soalnya, udah biasa nanjak sebelumnya. Menurut pengalaman ane nih kalo kebanyakan istirahat itu justru akan menimbulkan rasa mager dalam diri, menurunkan animo sehingga direspon tubuh dengan lebih cepat mengalami kelelahan, kalo bisa usahakan istirahat itu secukupnya kalo bisa jangan duduk, berdiri ato minimal bersandar pada sesuatu. Ya kalo enggak ada yang buat bersandar, bahu ane siap menampung ko buat yang aganwati .
Setelah beberapa menit mendaki kami tiba pada Trek Kawah gans, disini bau belerang khas kawah gunung berapi sangat tajam gans, so kalo melewati daerah ini,lebih baik mengenakan slayer, buff atau penutup pernafasan lainya untuk mengurangi terganggunya pernafasan karena bau belerang yang sangat menyengat. Di akhir trek ini karena, hari sudah menjelang fajar kami memutuskan untuk beristirahat sedikit lama sambil menunggu sunrise. Kami menunggu datangnya terbit sembari menenggak kopi dan menikmati camilan. Dan belum habis setengah gelas kopi itu sang surya sudah mengintip dari bilik bumi. Segera kami bergantian untuk mengabadikan moment yang hanya beberapa menit itu. Indah gans, mungkin ini adalah salah satu masterpiece Allah di kanvas Sunda ini.
Kekasih bulan mulai meninggi, kami pun mulai beranjak menuju tanah lebih tinggi juga. Sekian lama mendaki, kami dapati diri kami sampai di Pondok Saladah. Salah satu ground camp di Gunung Papandayan, tempatnya luas. Pas buat mendirikan tenda, ada sumber air dan warung yang menjajakan rokok, gorengan dan minuman. Btw, ini ceritanya Edo and the gang ( Giring Dan Richard ) sudah melarikan diri dari kelompoknya masing-masing dan mendirikan tim sendiri yang bernama Tim Hore. Ceritanya kami sampai di Pondok Saladah ini paling pertama gans, sembari menunggu yang lain sampai kami istirahat di gubuk yang biasa dipakai buat ibadah shalat. Karena bosan kami sedikit berfoto-foto dan mencoba melihat foto-foto pas sunrise tadi. Tapi badalah..fotonya gan, amsyong ilang semua entah kemana, *fak asli ini fak moment. Jadi ya maaf aja ya gans kalo sampai saat ini panjang cerita belum ada penampakan gambar sama sekali, ya itu penyebabnya.
Berikut sedikit penampakan di Pondok Saladah gans..
Edho DJ dan Richard Rachmat
Bang Ganteng Adit Armstrong
Kampret moment gans..
Tak ingin lama bersedih hati, kami pun segera move on. Menuju tempat selanjutnya, tak lama kami mendaki makin banyak dijumpai para pendaki-pendaki lain, banyak dijumpai tenda-tenda didirikan, menandakan bahwa kami sudah mendekati tempat selanjutnya yakni Tegal Alun. Benar saja tak lama kemudian sudah tibalah kami di Tegal Alun gans..
Aksi di Tegal Alun gans..
Sesampai di Tegal Alun, kami langsung mencari tempat untuk mendirikan tenda, karena kami memang masih bermaksud bermalam disini gans. Selesai sudah 5 tenda didirikan untuk semua rombongan yang dibagi masing-masing untuk 5-6 orang per tendanya. Dan lagi gans, kami dapet tenda eksklusif 1 tenda bertiga buat gang ane, entah ini namanya pengasingan atau emang eksklusif cuma tenda kami aja yang isinya 3 orang, peduli setan dah yang penting bisa berteduh dari panas dan hujan.
Selesai diriin tenda gans..
Giring in Action..
Ngaso dulu gans, smile..
Setelah selesai mendirikan tenda kami memutuskan untuk membuat sarapan, bermodalkane 4 nesting kami mencoba membuat sarapan untuk peserta yang notabene 20 orang lebih. Ya sederhana aja sih, soto ayam, ayam bawang, dan lain-lain makanan yang khas Indonesia banget yang udah menjelma dalam wujud mie instant. Ditambah nasi putih makannya di satu tempat rame-rame, udah berasa kaya ayam gans, tapi serulah, lumayan juga buat ngganjel perut yang dari kemarin belum santap apa-apa.
Selesai sarapan kami sedikit berusaha memejam mata, menghilangkan kantuk yang mendera. Setelah energi mulai kembali, kami memutuskan untuk pergi ke Hutan Mati dan Puncak Gunung Papandayan. Kami memutuskan untuk berpisah dengan kelompok, kelompok menuju ke Hutan Mati terlebih dahulu, sementara kami bertiga memilih untuk menahlukan puncak dulu. Bermodalkan mulut kami mencoba mencari tahu kemana arah ke puncaknya, *maklum gans baru pertama kesini. Nah usut punya usut, dari informasi bertanya tadi terbawalah kami menyebrangi sungai kecil, terus ada jalan setapak ke arah kanan menuju hutan. Hati-hati gans pokoknya kalo mau kesini, selain trek yang full nanjak ( tanjakan miringnya juga bukan main gans, ada kali itu ya 45 derajat atau lebih ), jalurnya juga kadang ngilang gans, *oit kemana nih? . Mungkin karena jarang dilewatin sih asumsi kami, asli ngaco gans treknya, untung masih nemuin string line atau marka jalan dari tali rafia yang diiketin ke ranting-ranting buat penanda jalan gans. Akhirnya after beberapa menit full nanjak tibalah kami di konon itu tempat yang namanya Puncak Papandayan, kenapa ane bilang konon gans karena anehnya walaupun disebut puncak tapi kagak ada Papan Trianggulasi atau Penunjuk Ketinggianya gans, nah lho jadi ragu kita ini itu puncak atau bukan. Tapi memang dari sini itu daerah lain terlihat lebih rendah. Dan juga beda dengan puncak-puncak yang ada di gunung-gunung lain, yang menjanjikan panorama alam indah bumi dari ketinggian, jangan harap bisa dilihat disini gans. So, kesimpulan dari pencarian Puncak Papandayan ini adalah ZONK. \
"Berdaki-daki dahulu zonk kemudian.."
Karena tragedi Puncak Papandayan, mood kami pergi Hutan Mati pun jadi rusak dan memutuskan untuk turun dan kembali ke Camp di Tegal Alun. Sampai disana langsung kami buat makan siang, yang di kepala chef'in oleh chef Ramdan gans. Kali ini bukan mie instant gans, kita buat masakan rumahan tapi ala-ala anak gunung dah alias seadanya aja. Kita masak mie goreng, sop-sopan dan cabe teri ( ingat disini saya tulis cabe teri, bukan sambal teri ).
Penampakan para chef dan Sang Cabe Teri gans
Alumni master chef tahun 1945 gan, bang Ramdan
Tadaaaa, Sop ala-ala..
Karena lauk dan sayurnya cuma dikit jadi kebagianya juga cuma dikit-dikit gans, lebih dikit dari kalo beli di warteg deket kostan ane ini mah, gapaplah yang penting makan. Habis makan kebanyakan memilih untuk mengistirahatkan badan. Baru menjelang sore kami berjalan-jalan menjelajahi wilayah sekitar Tegal Alun.
Padang Edelweiss gans
Para pendaki membanjiri area Tegal Alun
Sudah puas berjalan-jalan kami kembali ke camp untuk selanjutnya membersihkan diri, inget yang dimaksud membersihkan diri disini bukan mandi gans, cuci muka pakai obat ganteng yang banyak beredar di minimarket doang. Dingin banget airnya, pantang kalo bagi ane buat mandi, lagian panjang gila antri kamar mandinya. So, rekor enggak mandi paling lama masih ane yang pegang, 4 hari gans . Itu paling lama dari seluruh peserta, enggak mungkin se Tegal Alun ato malah se Papandayan kala itu.
Selanjutnya acara sore hanya bersantai di tenda saja gans sampai menjelang malam. Hawa dingin mulai menggerayangi gans saat malam tiba, berbeda dengan malam sebelumnya yang kami dalam kondisi mendaki jadi tidak terasa dinginya, tapi malam ini sungguh menggigit gans.
Makan malam kali ini kami buat untuk pribadi masing-masing, apalagi kalo enggak mie instant. Memang selain identik dengan anak kost gembel kaya ane ini, mie instant juga identik dengan anak gunung gans. Lumayan untuk penghilang lapar. Berikutnya kami melakukan api unggun ria untuk mengusir dingin kami, ditemani segelas minuman panas favorit masing-masing dan camilan yang berotasi mengilingi poros api unggun cukup membantu rasa dingin gans. Menjelang malam mata mulai terasa berat, kami pun memutuskan untuk kembali ke tenda dan beristirahat. Ternyata makin malam, dingin makin mendera, padahal di tenda kami cuma hanya ada 1 sleeping bag yang kami alihkan fungsi menjadi selimut, tetapi masih saja tidak cukup untuk menyelimuti kami bertiga, alhasil terjadilah peristiwa tarik menarik itu selimut eh sleeping bag menjadi bahan rebutan untuk menangkis dingin. Yang akhirnya diakhiri dengan pengibaran bendera putih oleh ane karena tak tega melihat pada yang mengigil sambil mengigau memangil emaknya masing-masing *asli bohong yang terakhir, dan terpaksa hanya menggunakan sarung hingga menjelang pagi. Asli dingin banget itu gan entah waktu itu bisa tidur ato ternyata ane pingsan hingga pagi .
Saat pagi datang, kami bangun dan mencuci muka dan bersantap pagi *mie lagi gans . Selesai sarapan kami harus berkemas untuk kembali ke camp david, karena kami mengejar waktu yang mana minggu malam sudah harus tiba di Jakarta lagi. Satu persatu tenda-tenda di kemas kembali, barang-barang dimasukan ke carrier masing-masing, sampah pun dikumpulkan untuk dibakar. Karena pecinta alam yang baik itu tidak membuang sampah sembarangan gans. CATET!!!
WARNING :
Anda akan menampakan sesosok mahluk indah berwarna pink mulai dari line, bagi jomblo bernyali lemah disarankan untuk berhenti membaca dan segera tikung pacar teman terdekat anda.
Bakar semua sampah dan mantan yang kalian tinggalkan gans..
Eksis dulu sebelum turun gunung gans
Kak Laisyaa..cantik banget sih, sodaraan ya sama Raisa..
Seluruh peserta bersiap untuk turun gans..
Remember..
Akhirnya waktu untuk kami meninggalkan Tegal Alun pun tiba gans, kami berbondong-bondong membentuk garis menuruni gunung. Kali ini ane lebih memilih bertindak sebagai sweeper gans dibarisan paling belakang. Selain bertujuan untuk menikmati panorama lebih lama dan mengabadikanya, biasanya kalo turun gunung ane kebiasaan melakukan tindakan kemanusiaan gans eh lingkungan kamsudnya. Ane bawa seperangkat kresek kosong buat mungutin sampah yang dibuang para oknum-oknum tidak berperikelingkungan yang seenak jidat mereka mengotori alam di sepanjang jalan yang ane temuin. Kecil sih gans, mungkin enggak berarti tapi cuma itu yang bisa ane lakuin buat berterimakasih kepada alam yang senantiasa selalu memberikan keindahanya.
Nah perjalanan turun terasa lebih menyenangkan gans dibandingkan waktu mendaki kemarin yang dilakukan malam dini hari, turun gunung di waktu siang hari jadi memperlihatkan keelokan papandayan yang sesungguhnya gans, luar biasa sekali, tidak salah ane memilih di barisan paling belakang, bisa berlama-lama.\
Suasana turun gans, perhatian bukan boyband
Salah satu panorama
Istirahat mblo, oit siapa tuh di paling kiri..
Sekian lama menuruni gunung tibalah kami area kawah yang mengeluarkan aroma belerang menyengat waktu malam pendakian. Namun dibalik aroma tersebut ternyata menampakan gambaran elok dari Gunung Papandayan yang menakjubkan yang mana tak bisa kami nikmati di waktu malam hari.
Para peserta menuruni area lembah
Nampak kawah mengeluarkan gas belerang
Lebih dekat pemirsa
Abadikan moment
Barisan belakang
Setelah melewati trek kawah, tidak lama kemudian kami telah mendapati diri kami berada di Camp David kembali. Disana nampak ramai para pendaki yang baru saja akan mendaki Gunung Papandayan, berbeda dengan waktu kami tiba disana sebelumnya. Mungkin karena pemilihan waktu kami mendaki di waktu malam dini hari. Tak ayal perut yang mulai merasakan kontraksi dari para penghuni usus yang mulai anarkis membawa kami ke salah satu warung di Camp David.
Bersistirahat sembari panitia melakukan negosiasi dengan penyewa mobil pick up unutk mengntar kami kembali menuruni jalan berbatu. Sambil ditemani gorengan, teh panas dan teman-teman yang duduk menciptakan rasa damai tersendiri. Suasana yang menstimulasi otak untuk mempercepat proses recovery energi menjadi lebih cepat.
Kesepakatan pun didapat, kami segera menaikan barang bawaan kami ke atas mobil. Dan sekali lagi meluncur di atas jalanan berbatu dan berpasir. Tapi entah kenapa ane sih enggak inget rasa perjalananya, katanya sih ketiduran pules banget ane selama perjalanan.
Sesampai di bawah kami masih harus melanjutkan perjalanan menuju terminal menggunakan angkutan umum. Kami kembali sedikit beristirahat sembari menunggu angkutan yang lewat. Beberapa menit kemudian datanglah sang angkot, gak tanggung-tanggung 2 mobil sekaligus kami reserved semua, itu juga masih umpek-umpekan gans. Lanjut ke terminal pak, berangkaaaaat.
Menunggu angkutan datang..
Kurang setengah jam perjalanan kami di dalam angkot, akhirnya tiba juga di terminal. Dan memasuki terminal, mulai, lagi, ane enggak ingat apa-apa,*jangan-jangan aku insomnia eh amnesia. Jawabnya tidak gans, karena kembali lagi ternyata saya tertidur di peron terminal.
Akhirnya bus jurusan Jakarta bersiap untuk lepas landas, kami pun bergegas membanjiri kursi penumpang dan bagasi dengan tas kami yang segedhe-gedhe gambreng. Dan selama perjalanan pun yang ane ingat cuma gelap gans, hitam kelam, endak ada apa-apa, tahulah kenapa. Maaf ya kalo di akhir-akhir cerita cuma ane tidur isinya.
Sesampai di Lebak Bulus kami mulai berpamit-pamitan pulang ke daerah masing-masing, ada yang di jemput, ada yang pakai taxi, ada yang digendong Superman dan lain-lain. Ya lagi-lagi mengatasnamakan kekerean ane sebagai anak kost memilih untuk naik angkot lagi gans ke arah Kebayoran yang dilanjutkan dengan berjalan kaki ke rumah Giring yang kami sempatkan dahulu mengisi perut dengan sepiring Pecel Ayam, sebelum akhirnya Giring mengantar ane kekediaman Bapak Casuri di Petukangan. Sungguh perjalanan yang mengenang dan menyenangkan gans, demikian FunFunDay-an kami di Gunung Papandayan.
Last But Not Least nih gans, pesan dari Gunung Papandayan buat para pendakinya.
Thank you..
Tag :
Travels
0 Komentar untuk "Gunung Papandayan, FunFunDay-an"